Manusia Penggalan II : Pahit Aren


kala kita meraup hasrat

terbenam bercak semata

terkendala jarak pandang

yang jauh masih kabur


layak pagi terhampar embun

terselimuti kabut nan tipis

hanya terdiam tuk datangnya sinar

atau kita sendiri menjemput fajar


apa yang kita pilih

itu yang kita tuai

layaknya jungkat-jungkit 

kita sendiri lawan mainnya


adakala kita bersemi

tapi rasa belum bercukup

dan adakala kita bergugur

bak lupa kuku yang terkikir

salahkan dari yang berdenting,

tanpa malu hingga Pencipta

terkecuali pemeran utama 


getirnya saja yang teringat

peluh manis terkecap sekejap

padahal bercucuran dari dahi

menetes di lahan gambut

tuk memanen aren dikemudian



- gilangmaylida

Jakarta, 17 Agustus 2021 

0 Coment