terbenam bercak semata
terkendala jarak pandang
yang jauh masih kabur
layak pagi terhampar embun
terselimuti kabut nan tipis
hanya terdiam tuk datangnya sinar
atau kita sendiri menjemput fajar
apa yang kita pilih
itu yang kita tuai
layaknya jungkat-jungkit
kita sendiri lawan mainnya
adakala kita bersemi
tapi rasa belum bercukup
dan adakala kita bergugur
bak lupa kuku yang terkikir
salahkan dari yang berdenting,
tanpa malu hingga Pencipta
terkecuali pemeran utama
getirnya saja yang teringat
peluh manis terkecap sekejap
padahal bercucuran dari dahi
menetes di lahan gambut
tuk memanen aren dikemudian
Jakarta, 17 Agustus 2021
0 Coment